" Burung yang tak percaya kepada kepakan sayapnya : Prolog." eps.1

Di suatu pagi dengan mentari yang benderang.

Dunia berjalan sebagai mana mestinya.

Sang langit berdiri tegak tanpa tiang, ia menjalankan tugasnya dengan baik.

Di suatu masa yang rapuh, awan mendung tercipta di dalam kalbu.

Di suatu sarang diatas pohon tua yang rapuh, sang burung yang tak percaya kepada kepakan sayapnya, Duduk termenung di depan cermin yang menampilkan pantulan dirinya yang asing. 

Hidup terjerumus dalam kenyataan bahwa diri itu adalah sebuah kumpulan harapan yang semu.

Ia mengerti. Sungguh mengerti bahwa diri itu hanya sebuah kepingan yang berserakan di dalam sebuah keranjang. 

Maka, pelan - pelan ia menatap sang langit dan duduk termenung.

Sepanjang kisah hidupnya, tidak sekalipun ia pernah meninggalkan sarang itu.  Atau kusebut itu Sang rumah?

Atau sebuah lingkaran setan yang menjebak jiwa kecil tak berdosa ? 

Dan begitu, dan begitu, dan begitu.

Jiwa kecil itu membiarkan ' rumah ' yang penuh daun kering berduri untuk menfasirkan siapa dirinya yang sebenarnya. 

' Si payah, Si pengecut, Si penakut, Si pecundang.' 

Semua itu menggema di dalam benaknya, menenggelamkan semua hal - hal baik yang ada.

" Dunia ini menyeramkan, bukan?" Ujar si burung kepada langit. 

Di suatu masa terpuruk di dalam sebuah pohon yang kini tinggal menunggu rapuh. 

Ia terduduk dengan suaranya yang memendam, " Aku ini ada! aku ini diinginkan dunia!"

Tapi sayap itu sudah terlalu rapuh untuk membawanya terbang menyusul langit yang sudah berdiri tanpa terjerat. 

Suara tangisan setiap malam telah menjadi satu - satu nya emosi yang ada ; " Bagaimana? Bagaimana aku harus melanjutkan perjalanan? " ucapnya dalam tangis malam yang muram. 


Comments

Popular posts from this blog

' semua berjalan tidak dengan semestinya,'

Enchanted To Meet You

Aku harus apa?